Aku Menjadikan Segala Sesuatunya Baru ! (Wahyu 21 : 1-8). Renungan Warta Jemaat GEKARI Gloria, 1 Januari 2006. By : R.A.M.



Dalam perikop ini, kita menemukan bahwa sang penulis hendak menekankan satu kata, yaitu baru. Baru… Mungkin kita dapat memberikan banyak sekali definisi tentang baru, tetapi jikalau kita melihat dari bahasa aslinya (Yunani) dipakai kata “kainos” yang berarti kesegaran (freshness).
            Kita dapat saja mengartikan baru itu menyenangkan, dapat pula tidak. Itu semua  tergantung dari respon kita. Sesuatu yang baru biasanya diikuti / dibarengi dengan pengharapan. Misalnya : ketika kita sedang mengikuti perayaan ulang tahun atau pernikahan, hal itu berarti kita sedang mengharapkan kebahagiaan dari orang yang merayakannya tersebut. Dari perikop ini sang penulis diberikan pengharapan akan sesuatu yang baru (fresh) dan bernilai (value),
            Ada satu kenyataan yang seakan-akan bertolak belakang dari perikop ini dan harus kita pahami di dalam dunia ini bahwa “segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang baru”.  (Pengkhotbah 1 : 9). Hal ini mengandung maksud bahwa sesuatu yang baru itu bersifat “kekal”. Dan “kekekalan” tersebut hanya ada di dalamNya.
             Begitu juga dengan kehidupan kerohanian kita. Kita perlu bahkan harus mengharapkan adanya pembaharuan (penyegaran) dalam kehidupan kita bersama dengan Tuhan. Pembaharuan (penyegaran) apa saja yang harus kita miliki ? Dan bagaimanakah langkah atau peran aktif kita untuk mengalami pembaharuan tersebut ?
  1. 2 Korintus 5 : 17 Pembaharuan roh (kelahiran baru). Pembaharuan roh dapat terjadi ketika kita bersedia membuka “pintu hati” kita untuk dikunjungi oleh rohNya yang kudus.
  2. Roma 12 : 2 Pembaharuan pikiran. Setelah hidup kita didiami oleh Roh Allah, maka kita harus dengan berani memulai langkah maju untuk memikul “salib” kita. “Salib” tersebut berupa keinginan daging.
  3. Filipi 3 : 20-21 dan Yoh 14 : 2 Pembaharuan tubuh dan tempat tinggal. Dan akhirnya perubahan inilah yang sedang kita nantikan ; menuju kepada kesempurnaan. Untuk mencapai hal ini Paulus mengingatkan kepada setiap kita supaya mengikuti “pertandingan iman” yang berupa kesetiaan (faithfulness) (Filipi 3 : 10-14 ; 2 Timotius 4 : 7).
Di tahun yang baru ini marilah kita memiliki kerinduan untuk mengalami hal-hal yang baru di dalam Tuhan. Dan biarlah Tuhan boleh mendapati kita setia dan berkata kepada kita “Sabaslah hai engkau hambaku yang baik dan setia”. Happy New Year 2006

Comments

Popular posts from this blog

Agama Kelas 10. BERTUMBUH MENJADI DEWASA

Doa Bapa Kami (versi bahasa Yunani)

Tuhan "Penerobos" (2 Samuel 5:20). Renungan Minggu Paskah, 12 April 2020. R.A.M.