Santai belum lengkap tanpa "Wifi". Renungan Selasa, 28 Maret 2017. R.A.M.

Setelah sekian lamanya saya tidak menulis lagi, akhirnya saya terpikir untuk menulis kembali renungan yang saya harap bisa memberkati tiap para pembaca.
Hari ini ketika saya sedang bersantai di kedai kopi favorit saya (starbucks), saya posting lokasi di sosmed saya dengan menulis "santai belum lengkap tanpa STARBUCKS". Dan tiba-tiba muncul keinginan saya kembali untuk membuat renungan dengan tagline tersebut, namun saya ganti kata STARBUCKS dengan kata WiFi.

Kehidupan modern sekarang ini tidak dapat dilepaskan dari globalisasi dan globalisasi ditunjukkan salah satunya dengan adanya internet (maklum saya guru PKn juga). Di public areas di banyak kota besar di dunia sekarang ini telah memiliki layanan internet WiFi sebagai fasilitas tambahan yang mau tidak mau harus dimiliki public areas tersebut supaya tidak dianggap ketinggalan jaman. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa WiFi sendiri merupakan kependekan kata dari wireless fidelity dan memiliki arti jaringan perangkat komputer melalui gelombang / tidak lagi melalui kabel. Namun ada pandangan lain yang mengatakan bahwa kata WiFi adalah kata yang berdiri sendiri dan itu artinya kata WiFi tidak memiliki kepanjangan ataupun arti kata (lebih ke arah bahasa pemrograman).

Tetapi kita disini tidak sedang membahas arti WiFi dalam pengertian yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang perlu kita mengerti dari konsep "santai" seorang anak Tuhan. Santai bukan berarti bermalas-malasan, karena Tuhan tidak suka dengan orang malas (Amsal 6:6, 2 Tesalonika 3:10). Santai juga bukan berarti suka menunda-nunda (Amsal 6:10, 24:33). Lalu, seperti apakah konsep santai seorang anak Tuhan?

  1. W = Worship. Yesus menggunakan waktu-waktu luangnya dengan berdoa kepada Allah Bapa-Nya (Markus 1:35, Lukas 5:16). Doa, penyembahan dan ketekunan kita membaca serta merenungkan Firman Allah adalah kunci kekuatan kita setiap hari. Semakin banyak berita dan hal-hal di dunia ini yang dapat membuat pudar kekuatan serta ketahanan kita dalam menjalani hidup. Belum lama ini kita mendengar ada kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia, bahkan ada sampai yang bunuh diri secara live di salah satu jejaring sosial dikarenakan ditinggal oleh pasangannya. Benarlah kata Firman Tuhan yang berkata "kekuatan kita tidak seberapa" (Wahyu 3:8). Oleh karena itu kita membutuhkan kekuatan dari pada Tuhan, kita memerlukan sukacita dari Tuhan (Nehemia 8:11). Ambillah waktu berdoa kepada Tuhan setelah kamu membaca renungan ini. Minta kekuatan yang baru dari Tuhan hari tiap hari (Yesaya 40:31).
  2. I = Intimacy. Hidup ini tidak selalu hanya berbicara mengenai kedekatan dengan Tuhan, diperlukan juga kemampuan kita untuk memiliki kedekatan dengan sesama. Sebagaimana ditulis dalam Firman Tuhan ada hukum yang terutama dan hukum lain yang sama dengan itu (Matius 22:37-39). Mengasihi sesama = mengasihi diri sendiri = mengasihi Tuhan. Jangan abaikan orang lain, terlebih lagi orang-orang terdekat kita (keluarga, kerabat, teman, sahabat, dll). Ambil waktu mengenal mereka. Kita perlu memahami arti kata mengenal dan mengetahui. Mengenal artinya adalah mengetahui lebih dalam. Mengenal artinya mengetahui dari sekedar apa kata orang. Seberapa baikkah kita mengenal orang-orang terdekat kita, khususnya keluarga kita? Jangan habiskan waktu kita 24 jam tanpa mengenal dan memahami orang di sekitar kita.
  3. F = Fear. Ketakutan yang saya mau jabarkan disini adalah takut akan Tuhan. Saya teringat dengan materi pelajaran agama kelas 10 mengenai takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan membuat kita ada kemauan untuk hidup kudus, untuk mengagumi semua ciptaanNya, untuk memiliki iman dan percaya kepada Tuhan saja serta bersyukur atas apapun dalam kehidupan kita bahkan takut akan Tuhan membuat kita "pintar" atau bahasa lainnya berhikmat (Amsal 1:7). Takut akan Tuhan membuat kita enggan untuk berbuat dosa. Apa itu dosa? Dosa berasal dari kata "Hamartia" (Greek) yang berarti melenceng /menyimpang dari sasaran / target. Jadi segala bentuk penyimpangan baik itu besar ataupun kecil dapat diartikan sebagai dosa. Menerobos lampu merah itu dosa, mencontek itu dosa. Memang terlihat ekstrim tapi memang itu kenyataannya. Takut akan Tuhan itu berarti kita sadar bahwa peraturan itu ada bukan untuk dilanggar. Gimana caranya supaya kita tidak melanggar peraturan yang ada? Atur hidup kita sebaik mungkin, atur waktu kita, atur hati kita, atur setiap hari di hidup kita. Jangan biarkan waktu yang mengatur kita. Miliki perencanaan. Set your own goal and make it come true (Mazmur 90:12, Pengkhotbah 3:1-11, Efesus 5:15-16).
  4. I = I. Miliki waktu santai untuk dirimu sendiri. Lakukan apa yang kamu senangi, lakukan apa yang membuat dirimu nyaman. Jangan hanya hidup di area "carmuk" (cari muka) terus. Be ur self. Bersantailah ketika segala yang menjadi targetmu di hari itu telah tercapai, jangan selalu menjadi orang memiliki ambisi tinggi dan melupakan bagaimana cara untuk menjadi bahagia. (Pengkhotbah 9:7-9). 


Jadi ketika seorang anak Tuhan mengartikan kata "santai" adalah dengan kata "wifi" (Worship, Intimacy, Fear, and I). Nikmatilah hari ini dengan bersantai... Santai belum lengkap tanpa WIFI.

Comments

Popular posts from this blog

Agama Kelas 10. BERTUMBUH MENJADI DEWASA

Doa Bapa Kami (versi bahasa Yunani)

Tuhan "Penerobos" (2 Samuel 5:20). Renungan Minggu Paskah, 12 April 2020. R.A.M.