Berjalan bersama Tuhan. (Ayub 23:10). Renungan Minggu, 3 Juni 2018. By : R.A.M.

Baru-baru ini saya sedang termotivasi untuk berjalan kaki sebagai bagian dari olahraga saya. Seorang sahabat saya mengetahui saya mulai sering berjalan kaki dan pada suatu kesempatan dia berkata pada saya "lain kali aku temenin jalan ya". Waktu mendengar hal itu saya sangat bahagia sekali, karena saya bisa berjalan bersama sahabat saya.

Pernah tidak kalian merasakan perbedaan ketika kalian melakukan sesuatu seorang diri dengan melakukan sesuatu bersama seseorang? Saya rasa walaupun kalian adalah seorang introvert pastilah tetap ada beberapa kesempatan kalian lebih senang melakukan bersama seseorang. Karena seegois-egoisnya seseorang tetap membutuhkan seseorang dalam kehidupannya, Contoh simplenya, kadang kala kita seperti tidak memiliki tenaga untuk membuka tutup botol air mineral dan akhirnya meminta bantuan kepada orang lain.

Nah di renungan kali ini, berbicara sama seperti keadaan-keadaan di atas. Tuhan adalah pribadi yang maha tahu. Tuhan mengetahui pikiran kita bahkan sampai mengetahui jalan yang kita pilih. Tetapi apakah kita mengijinkan Dia berjalan bersama kita dan mungkin mengubah jalan kita? Satu teman saya yang "super duper rohani" berkata kepada saya sewaktu motor saya mogok di jalan menuju ke tempat kerja "mungkin Tuhan mau menghindarkan kamu dari kecelakaan makanya motor kamu "dibuat" mogok". Buat orang yang sama sekali "tidak rohani" pasti berkata "pokoknya gw cuma tau gara-gara motor gw mogok, gw sampai telat setengah jam masuk kerja".

Saya akui dengan jujur satu hari setelah kejadian motor mogok, mood hati saya sangat buruk sampai-sampai saya tidak bisa beribadah seperti biasa. Dalam satu pertemuan ibadah, saya memutuskan sama sekali tidak menyanyi dan tepuk tangan. Padahal hari itu saya tetap membaca Alkitab saya dengan rutin. Tetapi saya memutuskan untuk "berjalan sendiri". Apakah Tuhan marah? Tidakkkk.... Tuhan baru menegur saya ketika saya membuat renungan ini.

Apakah Tuhan tahu bahwa saya akan "marah" hanya karena motor saya mogok pada awalnya? Ya, Tuhan pasti tahu. Jikalau Tuhan tahu kenapa Tuhan membiarkan kejadian tersebut? Kenapa Tuhan tidak "menghentikannya"? Jawabannya ada dalam 1 Korintus 10:13 "pencobaan saya itu BIASA". Bahkan pencobaan yang Ayub alami itu dianggap BIASA oleh Tuhan. BIASA dalam konteks Tuhan adalah tidak akan membawa sampai kematian (Ayub 2:6) dan malah akan membawa kepada pemurnian dan pertobatan (Ayub 42:5-6). Hal inilah yang dimaksud "timbul seperti emas".

"Timbul seperti emas" adalah waktu kita memutuskan untuk kembali berjalan bersama Tuhan. Bukan berjalan berdasarkan pengalaman kita, bukan berjalan berdasarkan GPS yang kita miliki, bukan berjalan bersama teman kita.

"Pengujian" seperti apa yang kita hadapi sekarang-sekarang ini? Keraguan-keraguan apa yang mulai timbul dalam hati kita? Walaupun kita sedang dalam kondisi "diuji" atau "ragu" tetaplah putuskan untuk berjalan bersama Tuhan, jangan tinggalkan Tuhan (Yosua 24:15).

Comments

Popular posts from this blog

Agama Kelas 10. BERTUMBUH MENJADI DEWASA

Doa Bapa Kami (versi bahasa Yunani)

Tuhan "Penerobos" (2 Samuel 5:20). Renungan Minggu Paskah, 12 April 2020. R.A.M.