Korban yang besar (Nehemia 12:43). Renungan Rabu, 10 Juni 2020. R.A.M.

Nehemia 12:43
Pada hari itu mereka mempersembahkan korban yang besar. Mereka bersukaria karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar. Juga segala perempuan dan anak-anak bersukaria, sehingga kesukaan Yerusalem terdengar sampai jauh.

Selamat pagi semua, biarlah di pagi ini kita boleh datang kepada Tuhan dalam keintiman. Pembacaan dan pembahasan kita masih mengenai kitab Nehemia. Di dalam Nehemia 12:27-43 LAI memakai perikop berjudul “Pentahbisan tembok Yerusalem”, akan tetapi isi dari perikop ini lebih ke arah pentahbisan dengan ucapan syukur dan kidung serta dua paduan suara yang besar.

Saya teringat beberapa waktu yang lalu di Indonesia dan dunia sempat “heboh” dengan yang namanya flash mob. Banyak orang yang tiba-tiba melakukan flashmob di bandara, pusat perbelanjaan, dll. Selain itu dunia hiburan dalam hal ini film layar lebar sudah mulai banyak yang memunculkan film yang bergenre “musical”. Dan antusias orang untuk film bergenre seperti ini terbukti sangat besar (menurut pengamatan saya sih).

Kita kembali ke ayat di atas. Dalam ayat di atas digambarkan betapa “meriah” nya kondisi pentahbisan tembok Yerusalem pada waktu itu. Hal itu mereka lakukan dengan satu tujuan yaitu “korban” kepada Allah. Berbicara “korban” kepada Allah tidak selamanya bicara tentang kita memberi persembahan dalam bentuk uang, tetapi juga berbicara tentang hati kita di saat kita memuji Tuhan. Di dalam 2 Tawarikh 29:31 dikatakan ada 2 macam korban. Yang pertama korban sembelihan (dalam jaman sekarang lebih banyak bicara tentang uang yang kita persembahkan untuk Tuhan). Dan yang kedua korban puji-pujian. Ayat Nehemia 12:43 ini saya percaya ini berbicara mengenai korban puji-pujian. Mulailah perbanyak waktu kita untuk memuji Tuhan dan atau mendengarkan lagu puji-pujian untuk Tuhan daripada menyanyikan dan atau mendengarkan lagu galau atau lagu-lagu yang diciptakan bukan untuk memuji Tuhan.

Bagaimana seharusnya sikap kita sewaktu mempersembahkan “korban puji-pujian”? Ayat di atas menggambarkan kepada setiap kita untuk kita bersukaria. Ingat ayat yang kita renungkan 2 hari yang lalu “the joy of the Lord is your strength”. Walaupun mungkin sekarang-sekarang ini kita mengalami masa yang sulit, “paksa” diri kita untuk tetap memuji Tuhan dan bersukaria di dalam Tuhan (Mazmur 42:5). Kalau perlu dan memang Tuhan yang minta lakukan seperti yang dilakukan oleh Daud (menari dan melompat di hadapan Tuhan) 2 Samuel 6:16. Saya teringat kesaksian dari salah satu hamba Tuhan di Indonesia yang mengarang lagu “soraklah haleluya”, Ia berkata bahwa lagu itu ada sewaktu hidupnya berada di dalam titik terendah. Jangan batasi dirimu dengan keadaan. Jadilah “heboh” untuk Tuhan, jangan sekedarnya ketika kita memuji Tuhan, karena salah satu tujuan kita diciptakan untuk memuji Tuhan. We are worshippers. Memang, Tuhan melihat hati, tetapi apa yang keluar dari mulut (ekspresi) meluap dari hati. Percayalah bahwa ada kuasa sewaktu kita mulai memuji Tuhan dengan hati serta ekspresi kita (Kisah 16:25-26).

Mari mulai hari ini dengan membuat dunia “heboh” karena kita menaikkan korban puji-pujian kita kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Comments

Popular posts from this blog

Agama Kelas 10. BERTUMBUH MENJADI DEWASA

Doa Bapa Kami (versi bahasa Yunani)

Tuhan "Penerobos" (2 Samuel 5:20). Renungan Minggu Paskah, 12 April 2020. R.A.M.